Kamis, 12/02/2015 11:44 WIB
Halaman 1 dari 2
Jakarta - Jauh hari sebelum ditetapkan sebagai Presiden terpilih, Joko Widodo bersama partai pengusung yakni; PDI Perjuangan, Partai NasDem, Partai Hanura, dan Partai Kebangkitan Bangsa sudah merancang sebuah visi misi berupa 9 program prioritas yang kemudian diberi nama Nawa Cita.
Semangat dalam Nawa Cita itu akan diterapkan ketika Presiden Jokowi bersama Jusuf Kalla menjalankan roda pemerintahannya. Koalisi Indonesia Hebat kemudian menyiapkan figur-figur yang mengerti dan memahami konsep Nawa Cita itu untuk mengisi kabinet Jokowi-JK.
Namun dalam perjalanannya, ada sejumlah menteri yang ditunjuk bukan berdasar rekomendasi Koalisi Indonesia Hebat. Dua di antaranya adalah Tedjo Edhy Purdijatno sebagai Menteri Koordinator Politik dan Keamanan dan Luhut Binsar Panjaitan sebagai Kepala Staf Kepresidenan.
"Konsep Nawa Cita dan Trisakti itu sebaiknya dijalankan oleh orang yang mengerti," kata sumber detikcom yang mantan anggota Tim Transisi Jokowi-Jusuf Kalla, Rabu (11/2/2015) malam kemarin.
Sementara Tedjo Edhy - yang pernah menyebut pendukung KPK sebagai rakyat nggak jelas - menurut sumber tersebut tidak terlibat dalam penyusunan konsep Nawa Cita dan belum tentu memahami cita-cita Trisakti yang digelorakan Bung Karno.
"Skenario Teuku Umar (jalan Teuku Umar), Menko Polhukam itu Ryamizard Ryacudu," kata sumber detikcom yang tak mau disebutkan namanya itu.
Soal skenario itu pernah disebut oleh mantan penasihat Tim Transisi Jokowi-Jusuf Kalla, AM Hendropriyono. Menurut Hendro pemilihan Luhut Panjaitan sebagai Kepala Staf Kepresidenan berlawanan dengan dengan parpol-parpol pendukung Jokowi.Next
Indonesia jadi surga pelaku pedopilia dunia. Saksikan di program "Reportase Sore" TRANS TV Senin sampai Jumat pukul 16.45 WIB
(erd/nrl)
Foto Terkait
Twitter Recommendation
Redaksi: redaksi[at]detik.com
Informasi pemasangan iklan
hubungi : sales[at]detik.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar