Banyuwangi - Nama bocah ini Muhammad Rizky, tak ada perbedaan dengan kawan-kawan sebayanya saat ia membaur bermain. Tubuhnya yang gendut dan tingkahnya yang lincah tak memperlihatkan jika ia mengalami ketidaknormalan pada tubuhnya. Ya, bocah laki-laki berumur tujuh tahun yang akrab disapa Kiki ini terlahir dengan kelamin ganda.
Jika diamati, perbedaan bocah yang kini sekolah TK kecil ini bisa dilihat saat ia buang air kecil. Pada kasus Kiki ini, air seninya keluar dari benjolan kecil yang berada di dalam lubang seperti kelamin wanita. Namun bagian tubuhnya itu tidak berfungsi normal.
“Kalau pipis (buang air kecil) nggak sakit, tapi harus jongkok,” kata Kiki saat ditemui detikcom dirumah kosnya di Banyuwangi, Minggu (1/2/2015) sore.
Buah hati pasangan Ahmad Syarwani (45) dan Helis Setyorini (35) ini tinggal di gang Lombok, Kelurahan Klatak, Banyuwangi. Di ruangan sederhana berukuran 4x5 meter itu, Sang Ibu bercerita jika Kiki terlahir kembar prematur dengan berat dibawah 2 kilogram. Caessar Pratama, kembaran Kiki, baru saja meninggal 100 hari yang lalu dikarenakan sakit kelenjar getah bening.
Tak jauh berbeda dengan Kiki, kelamin saudara kembarnya itu 'lengket' sehingga terlihat tidak normal. “Bedanya kalau punya Kiki ini masih bisa disunat. Kalau sunat kan berarti Kiki ini laki-laki,” jelas Hesti dengan mengusap air matanya.
Hesti mengaku, ia pernah direkomendasikan oleh seorang dokter jika nanti umur putranya menginjak 7 tahun untuk mengambil langkah operasi. Namun karena tak sabar, saat 2012 lalu tepat ketika Kiki berusia 4 tahun, ia diperiksakan ke RSUD Blambangan. Dari hasil pemeriksaan itu, Kiki dirujuk ke RSUD Dr Soebandi Jember untuk ditangani lebih lanjut.
Meski miliki kartu Jamkesmas, orang tua Kiki memilih menggunakan jalur umum. Ketika pemeriksaan awal dinyatakan jika untuk biaya operasinya membutuhkan anggaran sekitar Rp 30-40 juta. Namun, seminggu pasca pemeriksaan awal, Hesti mendapat kabar dari RSUD Dr Soebandi Jember jika kelamin anaknya tidak bisa dioperasi dan dianggap cacat lahir permanen.
“Rasanya saya langsung putus asa. Bingung mau gimana lagi. Untuk meneruskan perawatan pemeriksaan juga nggak ada biaya,” imbuh Hesti.
Sang Ayah, Ahmad Syarwani yang sehari hari bekerja sebagai tukang bangunan berharap putra semata wayangnya bisa tumbuh sebagai lelaki normal pada umumnya. Meski ia sadar dengan penghasilan perbulan yang rata-rata hanya berkisar Rp 900 ribu per bulan, ia tetap optimis akan ada jalan kesembuhan bagi anak lelakinya kelak.
“Saya yakin akan ada pertolongan dari Allah untuk anak saya,” pungkasnya sambil menunduk haru.
Ikuti berbagai berita menarik hari ini di program "Reportase Sore" TRANS TV yang tayang Senin sampai Jumat pukul 15.30 WIB
(vid/vid)
Setelah eksekusi 6 terpidana mati narkoba, dua negara menarik duta besarnya. Bagaimana perkembangan terkini? Simak di sini.
Foto Terkait
Redaksi: redaksi[at]detik.com
Informasi pemasangan iklan
hubungi : sales[at]detik.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar